Senin, 26 April 2010

REAKSI ASAM BASA
A. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah dapat menentukan titik akhir dan titik eqivalen titrasi.
B. Kajian Teori

Titrasi ini berdasarkan netralisasi asam dengan basa. Pada titik eqivalen, jumlah yang dititrasi eqivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik eqivalen ini dipakai suatu indikator asam basa yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya tergantung pada pH larutan. Macam indikator yang kita pilih harus sedemikian sehingga pH titik eqivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan warna indikator. Jika pada suatu titrasi dengan indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir telah tercapai. Jadi titik akhir titrasi ialah saat timbulnya warna indikator yang dipakai. Titik akhir titrasi tidak semua berimpit dengan titik eqivalen dengan selisihnya disebut kesalahan titrasi. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa, diperlukan suatu larutan baku, yaitu suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan biasanya berupa larutan asam atau basa yang mantap (konsentrasinya tidak cepat berubah). Larutan baku primer yang digunakan asam oksalat (Anonim, 2008 : 5)
Titrasi asam-basa merupakan cara yang cepat dan mudah untuk menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dan anorganik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu, terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian, umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan cara titrasi asam-basa dalam pelarut nirair.
Untuk menentukan basa digunakan larutan baku asam kuat (misalnya HCl), sedangkan untuk menentukan asam digunakan larutan baku basa kuat (misalnya NaOH). Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan warna indikator asam-basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan (misalnya potensiometer, spektrofotometer, konduktometer).
Titrasi asam-basa dapat dianggap sebagai interaksi pasangan asam-basa berpasangan menurut teori Bronsted-Lowry, yaitu :
asam1 + basa2 = basa1 + asam2
Bila titrasi dilakukan dalam pelarut air, maka perpindahan proton selalu dinyatakan melalui molekul air (Harrizul, 1995 : 117)
Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan dengan sejumlah larutan yang dianalisis (ingin diketahui kadarnya). Titrasi yang menyandarkan pada jumlah volum larutan dikenal dengan istilah titrasi volumetri. Pengukuran volum diusahakan setepat mungkin dengan menggunakan alat-alat standar misalnya buret, dan pipet volumetri.
Titrasi yang melibatkan reaksi antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi asam basa atau asidi alkalimetri. Secara teknis titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit dan bahkan tetes demi tetes larutan basa melalui buret, ke dalam larutan asam dengan volum tertentu yang terletak dalam labu erlenmeyer sampai keduanya tepat habis yang ditandai dengan berubahnya warna indikator (Liliasari, 1993 : 131)
C. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain; labu takar 100 mL, gelas kimia 250 mL, buret 50 mL, pipet volume 25 mL, labu erlenmeyer 250 mL, statif dan klem.
2. Bahan yang digunakan antara lain ; Asam oksalat (COOH)2.2H2O (Mr = 126,07 gr/mol), Aquadest, NaOH X M, HCl X M dan indikator PP.




E. Pengamatan
1. Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat
Diketahui : Massa asam oksalat = 0,63 gram,
Mrasam oksalat = 126,070 gram/mol
Volume pelarut (aquadest) = 100 mL = 0,1 L
Ditanya : Konsentrasi asam oksalat (M) = … ?
Penyelesaian : mol asam oksalat =
=
= 0,0049 mol
M asam oksalat =
= = 0,049
atau M asam oksalat =
= =
= 0,049 M asam oksalat ≈ 0,05 M asam oksalat
2. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
Diketahui : Volume NaOH dalam buret (awal) = 21 mL
Volume larutan baku asam oksalat = 20 mL + 4 tetes
indikator PP = 0,02 L
Volume NaOH dalam buret setelah dititrasi = 5 mL = 0,005 L
Ditanya : Konsentrasi larutan NaOH (M) = … ?
Penyelesaian :
MNaOH = Masam oksalat



0,02 mol NaOH = 0,0000245
mol NaOH = 0,0012 mol NaOH
MNaOH =
=
= 0,24 mol/L

3. Penentuan Konsentrasi HCl
Diketahui : Volume NaOH dalam buret (awal) = 20 mL
Volume HCl = 25 mL + 2 tetes indikator PP = 0,025 L
Volume NaOH dalam buret setelah dititrasi = 6 mL = 0,006 L
Ditanya : Konsentrasi HCl (M) = … ?
Penyelesaian :
MNaOH = MHCl


0,006 mol HCl = 0,00003
mol HCl =
mol HCl = 0,005 mol HCl
MHCl =
=
= 0,83 mol/L
Jumlah volume NaOH setelah dititrasi, secara teori :
- Secara teori, volume NaOH setelah dititrasi
Vas.oksalat ∙ Mas.oksalat = VNaOH ∙ MNaOH
VNaOH =
= 0,01 Liter NaOH
Titik akhir titrasi tidak berimpit dengan titik eqivalen berarti terjadi kesalahan titrasi, sebab VNaOH secara praktikum ≠ VNaOH secara teori
Secara teori, volume NaOH setelah dititrasi
VHCl ∙ MHCl = VNaOH ∙ MNaOH
VNaOH =
=
= 0,2075 Liter ≈ 0,21 Liter NaOH
Titik akhir titrasi tidak berimpit dengan titik eqivalen berarti terjadi kesalahan titrasi, sebab VNaOH secara praktikum ≠ VNaOH secara teori
F. Pembahasan
Dalam percobaan kali ini, yang akan dibahas yaitu mengenai reaksi asam dengan basa, dimana dalam prosesnya dilakukan dengan cara titrasi. Titrasi merupakan prosedur yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang ingin diketahui kadarnya. Pada percobaan yang dilakukan, beberapa larutan yang bersifat asam dan basa direaksikan adalah Asam Oksalat (sebagai larutan standar primer), Natrium Hidroksida (NaOH) dan Asam Klorida (HCl).
Langkah kerja pertama yang dilakukan yaitu dengan pembuatan larutan standar primer, dimana asam oksalat sebagai bahan dalam pembuatannya. Dengan menimbang asam oksalat seberat 0,63 gr yang kemudian dilarutkan ke dalam pelarut air. Tujuannya yaitu untuk mengetahui konsentrasi larutan asam oksalat tersebut yang terlarut dalam 100 mL air. Larutan standar ini digunakan sebagai acuan penghitungan konsentrasi dari larutan yang akan dititrasi dalam langkah kerja selanjutnya.
Kemudian, setelah itu dilakukan langkah kerja dengan penghitungan konsentrasi larutan NaOH yang direaksikan dengan larutan standar yang telah dibuat. Larutan NaOH dalam proses ini disebut sebagai penitrasi karena larutan tersebut dimasukkan ke dalam buret. Sebelum pengisian, buret terlebih dahulu dibersihkan dengan larutan NaOH tersebut dengan sejumlah volum tertentu. Tujuannya adalah untuk membersihkan buret dari berbagai bahan kimia lainnya yang pernah dipakai agar hasilnya baik. Setelah itu diisi kembali buret tersebut dengan larutan NaOH. Lalu, larutan asam oksalat dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang akan dititrasi dan diteteskan indikator PP. Indikator PP yang digunakan yaitu untuk mengetahui pH larutan yang dititrasi. Pada saat dilakukan titrasi, diperoleh hasil berupa warna larutan yang ditetesi sedikit demi sedikit larutan NaOH berwarna merah muda gelap.
Warna tersebut menandakan bahwa penambahan larutan NaOH terlalu banyak, sehingga keasaman larutan asam oksalat langsung melonjak menjadi larutan basa. indikator PP akan merubah warna larutan basa, sebab pada indikator ini telah mencapai titik akhir perubahan warna, dimana larutan basa yang ditambahkan indikator PP memiliki pH lebih dari 10,0. Pada penghitungan volume NaOH secara teori berbeda hasilnya dengan hasil percobaan, nilai keduanya berbeda dengan selisih tertentu. Selisih nilainya dalam hal ini akibat adanya kesalahan titrasi sebab, dalam percobaan larutan NaOH yang diteteskan terlalu banyak.
Langkah kerja terakhir yaitu menentukan konsentrasi larutan HCl dengan mereaksikannya dengan larutan NaOH pula. Cara kerja yang dilakukan sama dengan cara kerja sebelumnya. Dengan memasukkan larutan HCl ke dalam labu erlenmeyer dengan volume tertentu, didapatkan hasil perubahan warna yang tidak terlalu merah muda. Ini berarti bahwa pada saat tersebut, larutan menunjukkan sifat basa karena sudah muncul perubahan warna pada indikator yang digunakan. Indikator pada larutan asam HCl tersebut sebelumnya tanpa penambahan NaOH, tidak mengalami perubahan warna sebab pada indikator tersebut belum mencapai titik akhir perubahan warna. Hal yang mendasarinya adalah indikator PP memiliki trayek perubahan warna pada PH antara 8,3 – 10, atau kata lainnya larutan asam memiliki pH kurang dari 8,3.
G. Penutup
1. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan hal-hal berikut ini :
1) Konsentrasi asam oksalat adalah 0,049 mol/L atau ≈ 0,05 mol/L;
2) Konsentrasi natrium hidroksida (NaOH) dalam proses titrasi yaitu 0,24 mol/L;
3) Konsentrasi asam klorida (HCl) dari proses titrasi yaitu 0,83 mol/L.
2. Saran
Saran yang dapat kami ajukan setelah pelaksanaan praktikum ini sebaiknya kalau memungkinkan, sebelum praktek dimulai asisten pembimbing terlebih dahulu menjelaskan sedikit teori atau hal-hal yang berkaitan dengan praktikum yang dilaksanakan agar para praktikan dapat mengetahui hal yang mendasar dalam percobaan tersebut.











DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2008. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Kendari : Universitas Haluoleo.

Harrizul, 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Erlangga.

Liliasari, 1993. Kimia 1. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar